(Menciptakan Model Pembelajaran Kreatif Imajinatif dalam menyusun cerita di kelas-kelas awal SD)
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk juga kemajuan di bidang pendidikan menuntut lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan mutu pendidikan tersebut baru bisa tercapai apabila guru itu selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalnya yang dapat dilakukan dengan mengembangkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran (Rooijakkers, 1990: 13) sehingga guru sebagai ujung tombak pendidikan yang bertanggung jawab mempengaruhi dalam membina dan mengembangkan kemampuan siswa dapat menjadikan siswa sebagai manusia yang cerdas dan terampil (Sudjana dan Arifin, 1988: 15). Sebab, Tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan materi kepada siswa. Tetapi, seorang guru harus mampu menggali kemampuan berfikir kreatif siswa sehingga meningkatnya hasil belajar siswa.
Pembelajaran secara umum berupaya mewujudkan tujuan pembelajaran dengan baik, yaitu pembelajaran yang bermakna dan berguna dalam kehidupan siswa. Namun, di lapangan dalam proses pembelajaran kebutuhan dan kondisi siswa umumnya kurang mendapatkan perhatian yang serius dari guru. Keefektifan model dan variasi metode pembelajaran yang digunakan juga belum cermat diperhitungkan. Padahal hal ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dengan menggali dan mengerti kebutuhan anak didik harus mampu membawa siswa berkembang sesuai dengan potensi mereka seutuhnya (Gunawan, 2006: 06).
Upaya pencapaian tujuan pembelajaran sudah barang tentu perlu diimbangi dengan perubahan paradigma dalam pembelajaran, sejak perencanaan, penentuan tujuan dan kegiatan pembelajaran, serta bagaimana pengelolaan pembelajaran dan evaluasi yang benar-benar terarah. Hal utama yang tidak kalah pentingnya untuk dicermati adalah bagaimana sebuah model, metode, teknik yang dipilih akan dapat mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang inovatif, kreatif, menarik, dan berguna bagi kehidupan siswa sehari-hari.
Pengembangan model dan metode dalam pembelajaran yang bervariasi akan dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Penyebab kejenuhan tersebut sebain disebabkan oleh faktor guru, siswa, juga karena faktor-faktor lain, diantarany: kurangnya minat dan motivasi untuk belajar, banyaknya tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa, banyaknya materi yang harus dipelajari dalam satu semester, dan faktor-faktor lainnya.
Dalam upaya mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan memanfaatkan metode Brain Gym. Metode ini sangat baik dilakukan pada awal proses pembelajaran terlebih lagi bila diiringi dengan lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira dan bisa juga dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran murid setelah menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang mengakibatkan kelelahan pada otak.
Brain Gym adalah serangkaian gerakan tubuh yang sederhana yang digunakan untuk memadukan semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Gunawan, 2006: 270)
Gerakan tubuh dalam Brain Gym dapat dilakukan dengan mudah oleh siapa saja dan dengan efek yang langsung terlihat. Murid justru sangat disarankan untuk bergerak, mengikuti dorogan gerak secara alamiah dan tidak dipaksakan. Bila seorang anak mengalami kesulitan untuk mengerti suatu materi pelajaran, anak tidak akan mampu untuk belajar. Gerakan Brain Gym digunakan menurut kecepatan gerakan anak itu sendiri. Akan tetapi secara efektif membantu anak kembali pada kondisi mental yang optimal untuk pembelajaran (Gunawan, 2006: 271).
Bagaimana penerapan metode Brain Gym pada pembelajaran di SD, dan unsur-unsur apa sajakah yang dapat mendukung pemanfaatan metode Brain Gym pada pembelajaran di SD, menjadi tumpuan dalam pembahasan tulisan ini. Sedangkan mata pelajaran yang menjadi obyek pembahasan adalah pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD, dengan tema utama menyusun cerita.
Manfaat tulisan ini bagi mahasiswa PGSD adalah bahwa Brain Game akan memperkaya wacana dalam pengembangan model pembelajaran, dan bagi guru penulisan ini dapat dipakai sebagai alternatif pendukung strategi-strategi pembelajaran konvensional yang sudah lazim dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah dasar.
Sebagai batasan, penulisan hanya difokuskan pada bagaimana penerapan metode Brain Gym dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas III SD, khususnya Model Pembelajaran Kreatif Imajinatif dalam menyusun cerita di kelas III SD
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Brain Gym
Brain Gym adalah serangkaian gerakan tubuh yang sederhana yang digunakan untuk memadukan semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan. Brayn Gym dapat juga didefinisikan sebagai senam otak. (Gunawan, 2006: 270)
Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para murid di Educational Kinesiology (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak. Gerakan-gerakan ini membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik.Kata Education be rasal dari kata latin educare, yang berarti”menarik keluar”. Kinesiology dikutip dari bahasa Yunani Kinesis, berarti “gerakan” dan merupakan pelajaran gerakan tubuh manusia. Edu-K adalah suatu system yang memberdayakan semua orang yang belajar, tanpa batas umur, dengan menggunakan aktivitas gerakan-gerakan untuk menarik keluar seluruh potensi seseorang.
Brain Gym atau Edu-K adalah aktivitas diri dan gerakan untuk berlatih menyelaraskan fungsi belahan otak kiri dan otak kanan, otak bagian depan dan belakang, otak atas dan bawah, serta fungsi tubuh kiri dan kanan. Manusia belajar dengan bergerak. Hasilnya adalah suatu keutuhan dan optimal, ”fusion of full expression dan creativity”, cara berpikir dan perasaan, terfokus dan terorganisasi, mudah memahami dan mendalami.[1]
2. Kegunaan Brain gym
Kegiatan Brain Gym ini dibuat guna menstimulasi (Dimensi lateralitas) untuk meringankan belahan otak kiri dan kanan (Dimensi pemfokusan) untuk merelaksasi bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak (fronta lobes), serta (Dimensi pemusatan) untuk system limbis (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex).
Lateralisasi (sisi) tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan kanan atau kiri, dan juga untuk integrasi kedua sisi tubuh (bilateral integration), yaitu untuk menyebrangi garis tengah tubuh untuk bekerja di “bidang tengah”. Bila ketrampilan ini sudah dikuasai, orang akan mampu memproses kode linear, symbol tertulis (mis. Tulisan), dengan dua belahan otak dari kedua jurusan: kiri ke kanan atau kanan ke kiri, yang merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik. Ketidakmampuan untuk menyebrangi garis tengah mengakibatkanapa yang disebut “ketidakmampuan belajar” (learning disabled) atau “disleksia”.
Fokus adalah kemampuan menyeberangi “garis tengah partisipasi” yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe). Garis tengah partisipasi adalah garis bayangan vertical di tengah tubuh (dilihat dari samping). Ketidaklengkapan perkembangan refleks menghasilkan ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut aktif dalam proses belajar.
Pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangi garis pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian atas dan bawah otak: bagian tengah system limbis (midbrain) yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar (cerebrum) untuk berpikir yang abstrak. Apa yang dipelajari benar-benar dapat dihubungkan dengan perasaan dan memberi arti. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai oleh ketakutan yang tidak beralasan, cenderung bereaksi “berjuang atau melarikan diri”, atau ketidakmampuan untuk merasakan atau menyatakan emosi. Gerakan yang membuat badan menjadi relaks dan membantu menyiapkan murid untuk mengolah informasi tanpa pengaruh emosi negative disebut pemusatan.
3. Manfaat Brain Gym
Adapun manfaat dari Brain Gym sendiri yaitu dapat mengaktifkan seluruh bagian otak untuk kemampuan akademik, hubungan perilaku, serta sikap.karena pada dasarnya otak terbagi atas dua belahan yaitu kanan dan kiri. Masina-masing belahan mempunyai fungsi yang berbeda.Otak kiri berhubungan dengan potensi kamampuan kebahasaan (verbal), kontruksi objek (teknis dan mekanis), temporal, logis, analitis, rasional dan konsep kegiatan yang terstruktur. Otak kanan memiliki potensi kemampuan kreativitas (kemampuan berinisiatif dan memunculkan ide), kemampuan visual, potensi intuitif, abstrak dan emosional (berhubungan dengan nilai rasa). Pemetaan potensi kemampuan yang dimiliki oleh bagian otak yaitu sebagai berikut:
Implementation thinking merupakan potensi kemampuan yang dimiliki oleh otak kiri bagian bawah. Secara fungsional merupakan kemampuan penerapan berbagai konsep ke dalam bentuk pelaksanaan atau kemampuan untuk menuangkan kerangka berpikir dalam pelaksanaan. Ketelitian kerja serta perencanaan yang matang merupakan bagian terpenting dari kemampuan potensial yang dimiliki oleh bagian ini.
Social thinking merupakan kemampuan potensial yang dimiliki untuk menumbuhkan kecerdasan sosial. Kondisi hubungan antar sesama manusia menghasilkan tata aturan dan norma-norma sosial. Kepekaan terhadap kebutuhan dan norma-norma sesama manusia merupakan suatu kecerdasan yang terbentuk oleh bagian ini.
Future thinking adalah konsep masa depan terkait dengan prediksi dan kemungkinan yang dapat terjadi merupakan kemampuan future thinking. Daya intuitif dan pemikiran dan holistik atau menyeluruh akan mengarahkan kecerdasan terhadap konsep masa depan yang jauh.
Dengan kata lain Brain Gym ditujukan untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam perkembangan dan pembelajaran.
4. Penerapan Brain Gym
Brain Gym sangat baik dilakukan pada awal proses pembelajaran terlebih lagi bila diiringi dengan lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira. Brain Gym juga bisa dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran murid setelah menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang mengakibatkan kelelahan pada otak. Brain Gym mempunyai tujuan agar murid dapat bermain dan melakukan olah tubuh yang dapat membantu meningkatkan kemampuan otak mereka. Adapun gerakan tubuh dalam Brain Gym dapat dilakukan dengan mudah oleh siapa saja dan dengan efek yang langsung terlihat. Dalam filosofi educational kinesiology, murid justru sangat disarankan untuk bergerak mengikuti dorongan gerak secara alamiah dan tidak dipaksakan. Brain Gym telah digunakan oleh guru dan para ahli terapi dalam suatu program yang ditujukan untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam perkembangan dan pembelajaran.
5. Jenis-jenis Gerakan:
a) Gerakan Gajah/The Elephant
Gerakan ini bertujuan untuk mengaktifkan bagian dalam telinga untuk meningkatkan keseimbangan dan kesetimbangan. Selain itu gerakan ini juga untuk mengintegrasikan kemampuan mendengar dengan kedua telinga. Gerakan ini mampu melemaskan otot leher yang kaku, yang sering terjadi akibat reaksi tubuh terhadap suara atau karena gerakan bibir yang berlebihan saat membaca dalam hati. Dalam gerakan gajah, tubuh kepala, lengan dan tangan bekerja sama dalam satu kesatuan, bergerak mengitari lazy dengan fokus mata melewati posisi tangan, seluruh tubuh bergerak. Variasi lainnya adalah dengan menggunakan kedua tangan secara bersamaan.
b) Tombol Otak/Brain Button
Gerakan ini akan mengaktifkan otak agar mengirimkan sinyal dari hemisfir kanan ke tubuh sebelah kiri dan dari hemisfir kiri ketubuh sebelah kanan. Gerakan ini juga membuat otak menerima oksigen dalam jumlah yang meningkat dan terjadi peningkatan aliran energi elektromagnetik.
c) Gerakan Silang/Cross Crawl
Dalam melakukan gerakan ini, murid menggerakkan tangan dan kaki secara bersamaan, dengan syarat kaki kiri berpasangan dengan tangan kanan dan kaki kanan berpasangan dengan tangan kiri. Pada intinya terjadi persilangan antara tubuh sebelah kiri dan tubuh sebelah kanan. Gerakan ini akan mengaktifkan hubungan antara hemisfir kiri dan hemisfir kanan dari otak kita.
d) Gerakan Kait Rileks/Hooks-Up
Gerakan ini menghubungkan rangkaian listrik yang ada dalam tubuh untuk membuat perhatian dan energi yang tidak beraturan menjadi fokus. Pikiran dan tubuh menjadi rileks saat energi mengaliri daerah tubuh yang tadinya mengalami ketegangan.
2. Peningkatan daya Imajinasi Anak
Dalam peningkatan daya imajinasi pada anak diperlukan berbagai metode. Namun akan lebih baik kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual-spasial secara akurat dan kemudian bertindak atas persepsi tersebut kecerdasan ini melibatkan kecerdasan akan warna garis, bentuk ruang ukuran, juga hubungan diantara elemen-elemen tersebut penyelesaian masalah dengan kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk melihat obyek diberbagai sudut pandang, memanipulasi gambar secara tiga dimensi dalam ruang dan waktu. Hemisfir kanan/otak kanan berperan dalam mengendalikan kegiatan ini. Orang yang mengalami kerusakan pada hemisfir kanan sering kehilangan kemampuan untuk mengenali wajah atau tempat. Tidak mampu bergerak leluasa diantara benda atau objek, menemukan jalan untuk mencapai suatu tempat seringkali mereka (imajinasi) kecerdasan visual dan spasial sangat jelas terlihat pada anak-anak kemampuan ini terlihat dengan sangat jelas saat anak bermain dengan melibatkan imajinasi mereka. (Gunawan, 2003)
Cara Melatih Imajinasi (Membayangkan Dalam Pikiran Sambil Menutup Mata). Latihan ini dengan cara mengajak siswa melalui langkah-langkah seperti di bawah ini:
a) Bayangkan sebuah baju tanpa kerah, berwarna merah mempunyai satu saku dibagian tengah.
b) Sekarang bayangkan baju kaos ini membesar sampai 5 kali dari ukuran semula.
c) Bayangkan baju kaos ini mempunyai kepala, kaki dan tangan.
d) Bayangkan baju kaos ini mengajak anda berbicara berkenalan dengan anda.
e) Bayangkan anda mendengar baju kaos itu berkata, "Hi…..apa kabar? Senang berkenalan dengan anda. Siapa nama anda?"
Untuk bisa mencapai hasil yang maksimal kita harus bisa memperdayakan dan menyeimbangkan penggunaan kedua belah otak kita.
Model Pembelajaran Kreatif Imajinatif Memiliki Keunggulan Sebagai Berikut :
a) Memperhatikan perkembangan potensi anak kearah terbentuknya pribadi mandiri, berilmu, kreatif, memiliki konsep diri positif serta minat belajar yang tinggi.
b) Membuat anak merasa nyaman dan asyik sehingga mendapatkan kenikmatan dalam belajar.
c) Menyediakan media yang dirancang untuk mengembangkan berbagai kemampuan dengan menarik dan mengasyikkan sehingga sangat membantu guru dan orang tua dalam mendidik anak. Proses kegiatan belajar mengajarpun akan dapat berjalan lebih baik dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
d) Memberikan rangsangan secara seimbang antara otak kiri dan otak kanan, sehingga kompetensi dasar anak terutama kreativitas dan imajinasinya dapat berkembang secara seimbang.
Dari model ini mengarahkan cara berfikir kreatif, diantaranya ditandai dengan: Berpikir lancar (mengajukan banyak pertanyaan, jawaban dan gagasan), berpikir luwes (menghasilkan gagasan jawaban, atau pertanyaan yang kreatif, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda), berpikir orisinal (mampu melahirkan ungkapan gagasan baru yang unik, yang tidak lazim dipikirkan orang), mengevaluasi (menentukan patokan penilaian sendiri, mampu mengambil keputusan pada situasi yang terbuka kritis), Kritis (Selalu terdorong untuk mengetahui segala hal).
Selain hal tersebut yang juga tidak kalah pentingnya adalah: memiliki daya imajinatif (mampu membayangkan berbagai hal yang belum pernah terjadi), tertantang oleh kemajemukan (tertarik pada situasi dan masalah yang rumit), berani mengambil resiko (berani mengemukakan jawaban atau gagasan meskipun belum tentu benar atau diterima, tidak takut gagal, tidak takut terikat pada hal yang terstruktur atau konvensional), bersifat menghargai (Menghargai kritik bimbingan orang lain, maupun kemampuan dan bakatnya sendiri), dan yang terakhir mengolaborasi (Memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk menambah atau menerima detail-detail suatu obyek atau situasi sehingga menjadi lebih menarik).
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitator, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai sarana pengembangan penalaran (Parera, 1997). Pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan (GBPP Bahasa Indonesia, 1994). Ada 3 ciri yang terkandung dalam sistem pembelajaran, ialah :
a) Rencana, ialah penataran keterangan material, dan prosedur yang merupakan unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b) Saling ketergantungan (interdependence) antara unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam keseluruhan tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c) Tujuan sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai, ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang dialami (natural) sistem yang dibuat manusia seperti sistem transportasi sistem komunikasi sistem pemerintah, semuanya memiliki tujuan, sistem alami (natural).
Ada 4 hal yang harus dicermati dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah bahwa:
a) Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia bukan semata-mata untuk menguasai Pengetahuan Kebahasaan dan Kesastraan, melainkan untuk menguasai kompetensi berbahasa yang meliputi aspek mendengarkan berbicara, membaca, dan menulis.
b) Metode yang dipakai guru bervariasi dengan menekankan pada keaktifan siswa. Waktu yang tersedia lebih banyak dipakai untuk kegiatan siswa, bukan untuk ceramah guru.
c) Media/sumber belajar yang digunakan tidak terbatas pada buku paket dan nara sumber tunggal guru, tetapi juga buku lain di perpustakaan, pengalaman sendiri/teman, media cetak/elektronik, lingkungan atau nara sumber lain.
d) Kegiatan siswa tidak hanya individual – klasikal, tetapi ada juga kegiatan barpasangan dan lebih banyak berkelompok untuk mengembangkan aspek kerja sama, melatih sikap demokratis, terbuka dan toleran.[2]
Kegiatan guru tidak mendominasi kelas dengan banyak bercerita, tetapi lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memecahkan masalah dan menemukan sendiri.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan (5-10 menit)
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran berupa kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan melalui konsentrasi yang dibimbing oleh guru. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimak, suara-suara yang dapat didengar oleh siswa (suara terjauh dan suara yang paling dekat), bercerita (bersuara lirih), kegiatan fisik/jasmani (mengerakkan anggota tubuh sesuai dengan cerita yang diimajinasikan), dan menyanyi. Dalam kaitan dengan mengarahkan pembelajaran kreatif imajinatif dalam menyusun cerita maka pada kegiatan awal ini dibentuk dengan formasi berbaring (upayakan kondisi ruangan dalam keadaan bersih), atau duduk dengan tegak bersila (seperti posisi yoga), atau juga dengan berdiri. Perlu diperhatikan untuk menjaga jarak yang longgar antara peserta satu dengan yang lain
2) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan meng-create cerita bebas melalui proses imajinasi. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dengan imajinya berdasarkan tema yang telah kita arahkan. Siswa diberi kesempatan untuk menuangkan kembali cerita hasil imajinasinya kedalam bentuk lisan atau tertulis. Kegiatan ini dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
3) Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/ mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari hasil imajinasinya, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.
Penilaian Dalam Pembelajaran
1) Penilaian dalam pembelajaran Kreatif Imajinatif dalam menyusun cerita adalah suatu usaha untuk mengembangkan imajinasi siswa secara optimal, berkesinambungan, dan menyeluruh baik untuk mengukur kemampuan menyimak, berbicara-bercerita, maupun menulis.
2) Penilaian dilaksanakan dengan tetap mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran lain di Sekolah Dasar. Mengingat bahwa peserta didik kelas awal SD belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis.
3) Kemampuan membaca, menulis, dan bercerita merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik. Oleh karena itu, penguasaan terhadap kemampuan tersebut harus mampu mengukur kompetensi kebahasaan secara menyeluruh.
4) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator masing-masing Kompetensi Dasar dari masing-masing pokok bahasan/tema.
5) Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu peserta didik bercerita pada kegiatan awal, pada kegiatan inti, dan menyanyi pada kegiatan akhir.
C. Cara Kerja Brain Gym
Bagaimana cara kerja Brain Gym sehingga dapat membantu meningkatkan daya imajinasi?
Pada metode ini dilakukan dengan mudah oleh siapa saja dengan efek yang langsung terlihat. Sebagaimana cara kerja Brain Gym yang dikemukakan oleh Paul dan istrinya, Gail E. Dennison membagi otak ke dalam tiga fungsi :
1. Dimensi lateral : Koordinasi antara hemisfir kiri dan hemisfir kanan dari otak untuk bisa berkomunikasi dengan efektif.
2. Dimensi pemusatan : Koordinasi antara bagian atas dan bawah dari otak untuk pengaturan proses berpikir dan tindakan.
3. Dimensi fokus : Koordinasi antara batang otak dan prefrontal cortex untuk tujuan pemahaman dan perspektif.
Brain Gym membuat ketiga dimensi ini dapat menyatu dan terintegrasi secara menyeluruh. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan prestasi yang sangat signifikan.
D. Cara Membuat Gerakan Brain Gym
Gerakan ini bertujuan untuk mengaktifkan bagian dalam telinga untuk meningkatkan keseimbangan untuk mengintegrasikan kemampuan mendengar dengan kedua telinga yang biasa disebut dengan gerakan gajah (the elephant), dan juga mampu melemaskan otot leher yang kaku, yang sering terjadi akibat reaksi tubuh terhadap suara atau karena gerakan bibir yang berlebihan saat membaca dalam hati. Gerakan Brain Gym rasanya kurang menarik, bila hanya dilakukan secara terpisah akan lebih baik lagi bila dibuat dalam cerita dan melibatkan gerakan yang ada dalam Brain Gym.
Gerakan lain yang mengaktifkan otak agar mengirimkan sinyal dari hemisfir kanan ke tubuh sebelah kiri dan dari hemisfir kiri ketubuh sebelah kanan. Gerakan ini juga membuat otak menerima oksigen dalam jumlah yang meningkat dan terjadi peningkatan aliran energi elektromagnetik. Gerakan ini biasa disebut tombol otak/ Brain Button.
Cara melakukannya sebagai berikut:
1) Satu tangan menempel dipusar
2) Satu tangan lagi memijat sisi kiri dan kanan tulang tengah, tepat di dua lekukan selangka.
3) Lakukan selama 20 hingga 30 detik atau sampai rasa sakitnya berkurang.
Pada gerakan ini menghubungkan rangkaian listrik yang ada dalam tubuh untuk membuat perhatian dan energi yang tidak beraturan menjadi fokus sehingga pikiran dan tubuh menjadi rileks saat energi mengaliri daerah tubuh yang tadinya mengalami ketegangan. Gerakan ini biasa disebut gerakan kait rileks/Hook-Up.
Gerakan silang/Cross Crawl yaitu menggerakkan tangan dan kaki secara bersamaan dengan syarat kaki kiri berpasangan dengan tangan kanan dan kaki kanan berpasangan dengan tangan kiri. Pada intinya terjadi persilangan antara tubuh sebelah kiri dan tubuh sebelah kanan. Gerakan ini akan mengaktifkan hubungan antara hemisfir kiri dengan hemisfir kanan dari otak kita. Secara teknis Brain Gym dapat mengembangkan 3 dimensi otak yaitu dimensi lateritras untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak dengan bagian depan otak, dan dimensi pemusatan untuk menyeimbangkan posisi depan dan belakang (sistem limbis) dan otak besar.
E. Peningkatan Daya Imajinasi
Kebanyakan siswa menganggap keterampilan memori mengasyikkan. Mereka suka menggunakan imajinasi untuk menghasilkan asosiasi yang aneh-aneh dan mereka suka menomerkan memori mereka yang luar biasa. Adapun peningkatan keterampilan ini bisa dilakukan di kelas dari waktu ke waktu dan bisa menyarankan siswa agar menggunakannya dirumah saat belajar menghadapi ujian. Ajarkan asosiasi lebih dahulu seakan-akan menceritakan sebuah kisah, kemudian mintalah siswa untuk menebak apa yang baru mereka pelajari. Dengan demikian belajar dapat menjadi keasyikan dan membuat siswa-siswa selalu berminat. (Bobbi De Porter, 2000: 190)
Gerakan Brain Gym dirasa kurang menarik bila hanya dilakukan secara terpisah. Untuk lebih kreatif maka guru bisa membuat satu cerita atau tema yang melibatkan gerakan yang ada dalam Brain Gym.
Dalam mengoptimalkan pembelajaran kreatif imajinatif melalui lima komponen pendidikan :
1. Anak
Saat anak datang kesekolah dengan membawa potensi kreatif imajinatif yang dimiliki. Dalam pembelajaran kreatif imajinatif ini ditujukan agar dapat mengoptimalkan potensi anak yang sudah terlihat dan memunculkan potensi yang masih terpendam sehingga ia menjadi pribadi yang cerdas dan kreatif imajinatif.
Pada pembelajaran ini anak diberi kebebasan untuk bereksplorasi dan menjelajah apa yang ada didepannya.
2. Materi
Materi pembelajaran kreatif imajinatif memuat seluruh kemampuan yaitu fisik, kognisi, bahasa, sosio emosional dan seni.
3. Metode
Dalam pembelajaran kreatif imajinatif dapat menggunakan metode: Bercerita, tanya jawab, bernyanyi, dramatisasi, demonstrasi, pemberian tugas, dan eksplorasi.
Metode ini dapat dipakai dan diintegrasikan dalam satu waktu kegiatan dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang ada pada penyajian materi lebih bersifat mengembangkan kreativitas yang menjurus pada imajinasi secara natural yang dalam penyampaian materi bertujuan untuk merangsang anak berimajinasi secara alami sesuai kemampuan dan potensi disetiap anak.
4. Guru
Pada pelaksanaan pembelajaran ini dibutuhkan guru yang kreatif dan mampu merangsang belahan otak anak secara seimbang. Selama disekolah guru mempunyai peran penting terhadap emosional dan sosial anak terhadap perkembangan kepribadiannya guru dalam pembelajaran kreatif imajinatif berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam belajar dikelas.
5. Media
Merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran yaitu apabila media yang digunakan mampu merangsang berkembangnya potensi yang ada pada anak. Media juga tidak harus dibuat oleh guru sehingga guru dapat dengan penuh memperhatikan perkembangan anak didiknya.
F. Langkah-langkah Pembelajaran Kreatif Imajinatif dalam menyusun cerita.
1. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan (5-10 menit)
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran berupa kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan melalui konsentrasi yang dibimbing olerh guru. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimak, suara-suara yang dapat didengar oleh siswa (suara terjauh dan suara yang paling dekat), bercerita (bersuara lirih), kegiatan fisik/jasmani (mengerakkan anggota tubuh sesuai dengan cerita yang diimajinasikan), dan menyanyi. Dalam kaitan dengan mengarahkan pembelajaran kreatif imajinatif dalam menyusun cerita maka pada kegiatan awal ini dibentuk dengan formasi berbaring (upayakan kondisi ruangan dalam keadaan bersih), atau duduk dengan tegak bersila (seperti posisi yoga), atau juga dengan berdiri. Perlu diperhatikan untuk menjaga jarak yang longgar antara peserta satu dengan yang lain. Contoh kegiatan:
a) Guru membentuk formasi anak secara berjajar, melingkar, atau acak. Sesuaikan dengan kondisi ruangan yang ada. Upayakan tidak ada yang bersinggungan. Ajaklah siswa untuk duduk tegak bersila (seperti posisi yoga) dengan menutup mata.
b) Guru memandu pernapasan perut, siswa diajak untuk mengambil napas dalam-dalam dengan santai dan tenang. “ambillah napas dalam-dalam anak-anak....sampai penuh (badan tetap tegak, jangan membungkuk), tahanlah napas sebentar....keluarkan napas....(sampai habis). Ambil napas lagi.... tahan..... keluarkan..... Lakukan berulang-ulang sampai mencapai ketenangan.
c) Guru memandu menyimak, “Simaklah suara-suara yang paling jauh yang dapat anak-anak tangkap....suara apa itu...? terus cari anak-anak....sekarang suara yang lebih dekat lagi....cari suara apa itu....terus....sambil tetap bernapas dalam-dalam....sekarang suara yang paling dekat dari anak-anak....suara apa....ya... suara detak jantung. Rasakan dan simak detak jantung kita....”
Catatan: kegiatan ini dilaksanakan dengan ritme teratur dengan rentang waktu disesuaikan. Jaga jangan sampai ada yang mengantuk apalagi tidur, walaupun dengan menutup mata. Kegiatan ini lebih bagus diiringi musik klasik perlahan-lahan).
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan meng-create cerita bebas melalui proses imajinasi. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dengan imajinya berdasarkan tema yang telah kita arahkan. Siswa diberi kesempatan untuk menuangkan kembali cerita hasil imajinasinya kedalam bentuk lisan atau tertulis. Kegiatan ini dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. Contoh kegiatan:
a) Dengan tetap menutup mata, guru mengajak siswa pergi ke suatu tempat. Misalnya dengan memandu, “anak-anak....sekarang marilah kita berjalan ke sebuah taman nan asri....lihatlah....taman ini indah sekali....penuh bunga....kupu-kupu berterbangan....aduuh....sangat indah....udara sejuk dan....lihat....di sebelah sana ada sungai yang mengalir anak-anak, ayo kita lihat ke sana.... wah...airnya jernih....sekali, kita main-main air yuk.....lho siapa meniup seruling itu...? seruling anak-anak.... ayo kita berjalan lagi anak-anak...waahh...ada gubuk disana tuh....kesana yuk....jalan pelan-pelan saja anak-anak jangan sampai terjatuh....kita sambil menyanyi ya.....”
Catatan: teruslah mengimajinasikan keadaan keindahan dan kesenangan yang mampu membangkitkan keinginan anak-anak agar mendorong keinginan bercerita. Sesuaikan dengan tema-tema sesuai dengan tema yang dipilih. Waktu ± 10 – 15 menit.
b) Teruskan dengan memandu siswa bercerita, “anak-anak...apa yang dapat anak-anak ceritakan tentang keindahan alam yang baru saja kita jelajahi bersama ini...ungkapkan anak-anak...sambil gerakkan tangan, kaki, dan badan. Boleh sambil berdiri pelan-pelan....ceritakan dengan suara lirih....”(ingat mata tetap terpejam).
(Pada tahapan ini putarlah musik pengiring—upayakan musik klasik—sehingga suasana dapat lebih ceria dan menyenangkan)
“terus ceritakan anak-anak....pergilah kemana anak-anak suka...di pinggir danau, sungai, di bawah rindangnya pohon....”
Bantulah siswa mengemukakan cerita, kalau ada siswa yang tetap diam, dekatilah dan ajaklah berdialog, bantulah dengan pancingan-pancingan pertanyaan, sampai ia mampu mengungkapkan sesuatu. Waktu ± 20 menit
3. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari hasil imajinasinya, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik. Kegiatan akhir ini harus selalu dijaga agar tetap menyenangkan dan berkesan secara mendalam. Kegiatan lebih menedepankan sesuatu yang lebih bersifat permainan, tetapi bermanfaat. Bermain dapat mendorong imajinasi anak, menambah daya ingat dan kesempatan menalar. Inilah sebabnya bermain dapat menjadikan anak mempunyai kesiapan mental dan dapat membantu mempunyai penyesuaian diri yang baik dalam kehidupannya. Contoh kegiatan lanjutannya adalah:
a) “Nah...anak-anak....marilah kita bersama-sama bernyanyi (mata masih terpejam) gilang rama-rama ya...ayo bernyanyi bersama...
Gilang sipatu gilang, tinggi rumput sirama-rama, pulang marilah pulang, marilah pulang bersama-sama.....
“Sekarang buka mata pelas-pelan.........tepuk tangan anak-anak..........
b). “Nah anak-anak baru saja kita menjalajahi....apa anak-anak....? ya...betul sebuah taman nan indah....hayo siapa yang tadi ke sungai....(biarkan siswa merespon).......Oh ada yang berteduh di bawah pohon....? (biarkan siswa merespon)....ya bagus, sekarang marilah kita saling menceritakan pengalaman masing-masing anak-anak, anak-anak menulis pengalaman di secarik kertas ya...Bapak/Ibu guru ingin melihat pengalaman anak-anak...
(siswa diberi waktu ± 10 menit untuk menuliskan cerita)
Catatan: jangan dibatasi dengan berbaai ketentuan yang dapat menekan siswa. Misalnya jumlah halaman, jumlah kata, atau hal-hal lain yang justru akan membuat siswa takut. Biarlah siswa berkreasi dengan imajinya masing-masing. Penilaian bukan semata pada hasilnya saja tetapi lebih pada kemauan anak memasuki dunia amajinya yang luas tanpa batas.
G. Penutup
1. Simpulan
Tujuan meningkatkan daya imajinasi siswa akan tercapai jika guru mampu menyusun langkah-langkah pembelajaran yang sesuai. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode Brain Gym dalam bentuk cerita melalui pengembangan imajinasi lebih cenderung mengajak siswa bercerita secara bebas dan melibatkan gerakan tubuh. Karena dapat menarik minat siswa dan bertujuan untuk mengaktifkan dua bagian otak dalam waktu bersamaan. Selain itu meningkatkan keseimbangan dan kesetimbangan. Selain itu gerakan ini juga untuk mengintegrasikan kemampuan menyimak dengan kedua telinga. Setiap langkah kegiatan, khususnya pada kegiatan inti, hendaknya disertai dengan gerakan tubuh yang dapat dilakukan dengan mudah oleh siswa dengan efek yang langsung terlihat dan dapat dirasakan oleh siswa, sehingga peningkatan daya imajinasi siswa bisa tercapai dengan optimal.
2. Saran
Penggunaan metode Brain Gym dalam bentuk cerita lebih baik dengan mengombinasikan dengan gerakan tubuh yang mampu melemaskan otot leher, bahu, tangan, dan badan. Iringi dengan musik yang mendukung, misalnya musik klasik.
Brain Gym memerlukan piranti pendukung misalnya, ruang yang cukup luas, suasana yang tenang dan santai, dan juga guru yang memiliki keterampilan yang memadai. Oleh sebab itu pelaksanaannya jangan sampai dipaksakan.
Pembelajaran secara umum berupaya mewujudkan tujuan pembelajaran dengan baik, yaitu pembelajaran yang bermakna dan berguna dalam kehidupan siswa. Namun, di lapangan dalam proses pembelajaran kebutuhan dan kondisi siswa umumnya kurang mendapatkan perhatian yang serius dari guru. Keefektifan model dan variasi metode pembelajaran yang digunakan juga belum cermat diperhitungkan. Padahal hal ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dengan menggali dan mengerti kebutuhan anak didik harus mampu membawa siswa berkembang sesuai dengan potensi mereka seutuhnya (Gunawan, 2006: 06).
Upaya pencapaian tujuan pembelajaran sudah barang tentu perlu diimbangi dengan perubahan paradigma dalam pembelajaran, sejak perencanaan, penentuan tujuan dan kegiatan pembelajaran, serta bagaimana pengelolaan pembelajaran dan evaluasi yang benar-benar terarah. Hal utama yang tidak kalah pentingnya untuk dicermati adalah bagaimana sebuah model, metode, teknik yang dipilih akan dapat mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang inovatif, kreatif, menarik, dan berguna bagi kehidupan siswa sehari-hari.
Pengembangan model dan metode dalam pembelajaran yang bervariasi akan dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Penyebab kejenuhan tersebut sebain disebabkan oleh faktor guru, siswa, juga karena faktor-faktor lain, diantarany: kurangnya minat dan motivasi untuk belajar, banyaknya tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa, banyaknya materi yang harus dipelajari dalam satu semester, dan faktor-faktor lainnya.
Dalam upaya mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan memanfaatkan metode Brain Gym. Metode ini sangat baik dilakukan pada awal proses pembelajaran terlebih lagi bila diiringi dengan lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira dan bisa juga dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran murid setelah menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang mengakibatkan kelelahan pada otak.
Brain Gym adalah serangkaian gerakan tubuh yang sederhana yang digunakan untuk memadukan semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Gunawan, 2006: 270)
Gerakan tubuh dalam Brain Gym dapat dilakukan dengan mudah oleh siapa saja dan dengan efek yang langsung terlihat. Murid justru sangat disarankan untuk bergerak, mengikuti dorogan gerak secara alamiah dan tidak dipaksakan. Bila seorang anak mengalami kesulitan untuk mengerti suatu materi pelajaran, anak tidak akan mampu untuk belajar. Gerakan Brain Gym digunakan menurut kecepatan gerakan anak itu sendiri. Akan tetapi secara efektif membantu anak kembali pada kondisi mental yang optimal untuk pembelajaran (Gunawan, 2006: 271).
Bagaimana penerapan metode Brain Gym pada pembelajaran di SD, dan unsur-unsur apa sajakah yang dapat mendukung pemanfaatan metode Brain Gym pada pembelajaran di SD, menjadi tumpuan dalam pembahasan tulisan ini. Sedangkan mata pelajaran yang menjadi obyek pembahasan adalah pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD, dengan tema utama menyusun cerita.
Manfaat tulisan ini bagi mahasiswa PGSD adalah bahwa Brain Game akan memperkaya wacana dalam pengembangan model pembelajaran, dan bagi guru penulisan ini dapat dipakai sebagai alternatif pendukung strategi-strategi pembelajaran konvensional yang sudah lazim dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah dasar.
Sebagai batasan, penulisan hanya difokuskan pada bagaimana penerapan metode Brain Gym dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas III SD, khususnya Model Pembelajaran Kreatif Imajinatif dalam menyusun cerita di kelas III SD
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Brain Gym
Brain Gym adalah serangkaian gerakan tubuh yang sederhana yang digunakan untuk memadukan semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan. Brayn Gym dapat juga didefinisikan sebagai senam otak. (Gunawan, 2006: 270)
Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para murid di Educational Kinesiology (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak. Gerakan-gerakan ini membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik.Kata Education be rasal dari kata latin educare, yang berarti”menarik keluar”. Kinesiology dikutip dari bahasa Yunani Kinesis, berarti “gerakan” dan merupakan pelajaran gerakan tubuh manusia. Edu-K adalah suatu system yang memberdayakan semua orang yang belajar, tanpa batas umur, dengan menggunakan aktivitas gerakan-gerakan untuk menarik keluar seluruh potensi seseorang.
Brain Gym atau Edu-K adalah aktivitas diri dan gerakan untuk berlatih menyelaraskan fungsi belahan otak kiri dan otak kanan, otak bagian depan dan belakang, otak atas dan bawah, serta fungsi tubuh kiri dan kanan. Manusia belajar dengan bergerak. Hasilnya adalah suatu keutuhan dan optimal, ”fusion of full expression dan creativity”, cara berpikir dan perasaan, terfokus dan terorganisasi, mudah memahami dan mendalami.[1]
2. Kegunaan Brain gym
Kegiatan Brain Gym ini dibuat guna menstimulasi (Dimensi lateralitas) untuk meringankan belahan otak kiri dan kanan (Dimensi pemfokusan) untuk merelaksasi bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak (fronta lobes), serta (Dimensi pemusatan) untuk system limbis (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex).
Lateralisasi (sisi) tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan kanan atau kiri, dan juga untuk integrasi kedua sisi tubuh (bilateral integration), yaitu untuk menyebrangi garis tengah tubuh untuk bekerja di “bidang tengah”. Bila ketrampilan ini sudah dikuasai, orang akan mampu memproses kode linear, symbol tertulis (mis. Tulisan), dengan dua belahan otak dari kedua jurusan: kiri ke kanan atau kanan ke kiri, yang merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik. Ketidakmampuan untuk menyebrangi garis tengah mengakibatkanapa yang disebut “ketidakmampuan belajar” (learning disabled) atau “disleksia”.
Fokus adalah kemampuan menyeberangi “garis tengah partisipasi” yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe). Garis tengah partisipasi adalah garis bayangan vertical di tengah tubuh (dilihat dari samping). Ketidaklengkapan perkembangan refleks menghasilkan ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut aktif dalam proses belajar.
Pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangi garis pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian atas dan bawah otak: bagian tengah system limbis (midbrain) yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar (cerebrum) untuk berpikir yang abstrak. Apa yang dipelajari benar-benar dapat dihubungkan dengan perasaan dan memberi arti. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai oleh ketakutan yang tidak beralasan, cenderung bereaksi “berjuang atau melarikan diri”, atau ketidakmampuan untuk merasakan atau menyatakan emosi. Gerakan yang membuat badan menjadi relaks dan membantu menyiapkan murid untuk mengolah informasi tanpa pengaruh emosi negative disebut pemusatan.
3. Manfaat Brain Gym
Adapun manfaat dari Brain Gym sendiri yaitu dapat mengaktifkan seluruh bagian otak untuk kemampuan akademik, hubungan perilaku, serta sikap.karena pada dasarnya otak terbagi atas dua belahan yaitu kanan dan kiri. Masina-masing belahan mempunyai fungsi yang berbeda.Otak kiri berhubungan dengan potensi kamampuan kebahasaan (verbal), kontruksi objek (teknis dan mekanis), temporal, logis, analitis, rasional dan konsep kegiatan yang terstruktur. Otak kanan memiliki potensi kemampuan kreativitas (kemampuan berinisiatif dan memunculkan ide), kemampuan visual, potensi intuitif, abstrak dan emosional (berhubungan dengan nilai rasa). Pemetaan potensi kemampuan yang dimiliki oleh bagian otak yaitu sebagai berikut:
Implementation thinking merupakan potensi kemampuan yang dimiliki oleh otak kiri bagian bawah. Secara fungsional merupakan kemampuan penerapan berbagai konsep ke dalam bentuk pelaksanaan atau kemampuan untuk menuangkan kerangka berpikir dalam pelaksanaan. Ketelitian kerja serta perencanaan yang matang merupakan bagian terpenting dari kemampuan potensial yang dimiliki oleh bagian ini.
Social thinking merupakan kemampuan potensial yang dimiliki untuk menumbuhkan kecerdasan sosial. Kondisi hubungan antar sesama manusia menghasilkan tata aturan dan norma-norma sosial. Kepekaan terhadap kebutuhan dan norma-norma sesama manusia merupakan suatu kecerdasan yang terbentuk oleh bagian ini.
Future thinking adalah konsep masa depan terkait dengan prediksi dan kemungkinan yang dapat terjadi merupakan kemampuan future thinking. Daya intuitif dan pemikiran dan holistik atau menyeluruh akan mengarahkan kecerdasan terhadap konsep masa depan yang jauh.
Dengan kata lain Brain Gym ditujukan untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam perkembangan dan pembelajaran.
4. Penerapan Brain Gym
Brain Gym sangat baik dilakukan pada awal proses pembelajaran terlebih lagi bila diiringi dengan lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira. Brain Gym juga bisa dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran murid setelah menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang mengakibatkan kelelahan pada otak. Brain Gym mempunyai tujuan agar murid dapat bermain dan melakukan olah tubuh yang dapat membantu meningkatkan kemampuan otak mereka. Adapun gerakan tubuh dalam Brain Gym dapat dilakukan dengan mudah oleh siapa saja dan dengan efek yang langsung terlihat. Dalam filosofi educational kinesiology, murid justru sangat disarankan untuk bergerak mengikuti dorongan gerak secara alamiah dan tidak dipaksakan. Brain Gym telah digunakan oleh guru dan para ahli terapi dalam suatu program yang ditujukan untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam perkembangan dan pembelajaran.
5. Jenis-jenis Gerakan:
a) Gerakan Gajah/The Elephant
Gerakan ini bertujuan untuk mengaktifkan bagian dalam telinga untuk meningkatkan keseimbangan dan kesetimbangan. Selain itu gerakan ini juga untuk mengintegrasikan kemampuan mendengar dengan kedua telinga. Gerakan ini mampu melemaskan otot leher yang kaku, yang sering terjadi akibat reaksi tubuh terhadap suara atau karena gerakan bibir yang berlebihan saat membaca dalam hati. Dalam gerakan gajah, tubuh kepala, lengan dan tangan bekerja sama dalam satu kesatuan, bergerak mengitari lazy dengan fokus mata melewati posisi tangan, seluruh tubuh bergerak. Variasi lainnya adalah dengan menggunakan kedua tangan secara bersamaan.
b) Tombol Otak/Brain Button
Gerakan ini akan mengaktifkan otak agar mengirimkan sinyal dari hemisfir kanan ke tubuh sebelah kiri dan dari hemisfir kiri ketubuh sebelah kanan. Gerakan ini juga membuat otak menerima oksigen dalam jumlah yang meningkat dan terjadi peningkatan aliran energi elektromagnetik.
c) Gerakan Silang/Cross Crawl
Dalam melakukan gerakan ini, murid menggerakkan tangan dan kaki secara bersamaan, dengan syarat kaki kiri berpasangan dengan tangan kanan dan kaki kanan berpasangan dengan tangan kiri. Pada intinya terjadi persilangan antara tubuh sebelah kiri dan tubuh sebelah kanan. Gerakan ini akan mengaktifkan hubungan antara hemisfir kiri dan hemisfir kanan dari otak kita.
d) Gerakan Kait Rileks/Hooks-Up
Gerakan ini menghubungkan rangkaian listrik yang ada dalam tubuh untuk membuat perhatian dan energi yang tidak beraturan menjadi fokus. Pikiran dan tubuh menjadi rileks saat energi mengaliri daerah tubuh yang tadinya mengalami ketegangan.
2. Peningkatan daya Imajinasi Anak
Dalam peningkatan daya imajinasi pada anak diperlukan berbagai metode. Namun akan lebih baik kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual-spasial secara akurat dan kemudian bertindak atas persepsi tersebut kecerdasan ini melibatkan kecerdasan akan warna garis, bentuk ruang ukuran, juga hubungan diantara elemen-elemen tersebut penyelesaian masalah dengan kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk melihat obyek diberbagai sudut pandang, memanipulasi gambar secara tiga dimensi dalam ruang dan waktu. Hemisfir kanan/otak kanan berperan dalam mengendalikan kegiatan ini. Orang yang mengalami kerusakan pada hemisfir kanan sering kehilangan kemampuan untuk mengenali wajah atau tempat. Tidak mampu bergerak leluasa diantara benda atau objek, menemukan jalan untuk mencapai suatu tempat seringkali mereka (imajinasi) kecerdasan visual dan spasial sangat jelas terlihat pada anak-anak kemampuan ini terlihat dengan sangat jelas saat anak bermain dengan melibatkan imajinasi mereka. (Gunawan, 2003)
Cara Melatih Imajinasi (Membayangkan Dalam Pikiran Sambil Menutup Mata). Latihan ini dengan cara mengajak siswa melalui langkah-langkah seperti di bawah ini:
a) Bayangkan sebuah baju tanpa kerah, berwarna merah mempunyai satu saku dibagian tengah.
b) Sekarang bayangkan baju kaos ini membesar sampai 5 kali dari ukuran semula.
c) Bayangkan baju kaos ini mempunyai kepala, kaki dan tangan.
d) Bayangkan baju kaos ini mengajak anda berbicara berkenalan dengan anda.
e) Bayangkan anda mendengar baju kaos itu berkata, "Hi…..apa kabar? Senang berkenalan dengan anda. Siapa nama anda?"
Untuk bisa mencapai hasil yang maksimal kita harus bisa memperdayakan dan menyeimbangkan penggunaan kedua belah otak kita.
Model Pembelajaran Kreatif Imajinatif Memiliki Keunggulan Sebagai Berikut :
a) Memperhatikan perkembangan potensi anak kearah terbentuknya pribadi mandiri, berilmu, kreatif, memiliki konsep diri positif serta minat belajar yang tinggi.
b) Membuat anak merasa nyaman dan asyik sehingga mendapatkan kenikmatan dalam belajar.
c) Menyediakan media yang dirancang untuk mengembangkan berbagai kemampuan dengan menarik dan mengasyikkan sehingga sangat membantu guru dan orang tua dalam mendidik anak. Proses kegiatan belajar mengajarpun akan dapat berjalan lebih baik dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
d) Memberikan rangsangan secara seimbang antara otak kiri dan otak kanan, sehingga kompetensi dasar anak terutama kreativitas dan imajinasinya dapat berkembang secara seimbang.
Dari model ini mengarahkan cara berfikir kreatif, diantaranya ditandai dengan: Berpikir lancar (mengajukan banyak pertanyaan, jawaban dan gagasan), berpikir luwes (menghasilkan gagasan jawaban, atau pertanyaan yang kreatif, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda), berpikir orisinal (mampu melahirkan ungkapan gagasan baru yang unik, yang tidak lazim dipikirkan orang), mengevaluasi (menentukan patokan penilaian sendiri, mampu mengambil keputusan pada situasi yang terbuka kritis), Kritis (Selalu terdorong untuk mengetahui segala hal).
Selain hal tersebut yang juga tidak kalah pentingnya adalah: memiliki daya imajinatif (mampu membayangkan berbagai hal yang belum pernah terjadi), tertantang oleh kemajemukan (tertarik pada situasi dan masalah yang rumit), berani mengambil resiko (berani mengemukakan jawaban atau gagasan meskipun belum tentu benar atau diterima, tidak takut gagal, tidak takut terikat pada hal yang terstruktur atau konvensional), bersifat menghargai (Menghargai kritik bimbingan orang lain, maupun kemampuan dan bakatnya sendiri), dan yang terakhir mengolaborasi (Memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk menambah atau menerima detail-detail suatu obyek atau situasi sehingga menjadi lebih menarik).
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitator, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai sarana pengembangan penalaran (Parera, 1997). Pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan (GBPP Bahasa Indonesia, 1994). Ada 3 ciri yang terkandung dalam sistem pembelajaran, ialah :
a) Rencana, ialah penataran keterangan material, dan prosedur yang merupakan unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b) Saling ketergantungan (interdependence) antara unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam keseluruhan tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c) Tujuan sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai, ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang dialami (natural) sistem yang dibuat manusia seperti sistem transportasi sistem komunikasi sistem pemerintah, semuanya memiliki tujuan, sistem alami (natural).
Ada 4 hal yang harus dicermati dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah bahwa:
a) Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia bukan semata-mata untuk menguasai Pengetahuan Kebahasaan dan Kesastraan, melainkan untuk menguasai kompetensi berbahasa yang meliputi aspek mendengarkan berbicara, membaca, dan menulis.
b) Metode yang dipakai guru bervariasi dengan menekankan pada keaktifan siswa. Waktu yang tersedia lebih banyak dipakai untuk kegiatan siswa, bukan untuk ceramah guru.
c) Media/sumber belajar yang digunakan tidak terbatas pada buku paket dan nara sumber tunggal guru, tetapi juga buku lain di perpustakaan, pengalaman sendiri/teman, media cetak/elektronik, lingkungan atau nara sumber lain.
d) Kegiatan siswa tidak hanya individual – klasikal, tetapi ada juga kegiatan barpasangan dan lebih banyak berkelompok untuk mengembangkan aspek kerja sama, melatih sikap demokratis, terbuka dan toleran.[2]
Kegiatan guru tidak mendominasi kelas dengan banyak bercerita, tetapi lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memecahkan masalah dan menemukan sendiri.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan (5-10 menit)
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran berupa kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan melalui konsentrasi yang dibimbing oleh guru. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimak, suara-suara yang dapat didengar oleh siswa (suara terjauh dan suara yang paling dekat), bercerita (bersuara lirih), kegiatan fisik/jasmani (mengerakkan anggota tubuh sesuai dengan cerita yang diimajinasikan), dan menyanyi. Dalam kaitan dengan mengarahkan pembelajaran kreatif imajinatif dalam menyusun cerita maka pada kegiatan awal ini dibentuk dengan formasi berbaring (upayakan kondisi ruangan dalam keadaan bersih), atau duduk dengan tegak bersila (seperti posisi yoga), atau juga dengan berdiri. Perlu diperhatikan untuk menjaga jarak yang longgar antara peserta satu dengan yang lain
2) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan meng-create cerita bebas melalui proses imajinasi. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dengan imajinya berdasarkan tema yang telah kita arahkan. Siswa diberi kesempatan untuk menuangkan kembali cerita hasil imajinasinya kedalam bentuk lisan atau tertulis. Kegiatan ini dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
3) Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/ mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari hasil imajinasinya, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.
Penilaian Dalam Pembelajaran
1) Penilaian dalam pembelajaran Kreatif Imajinatif dalam menyusun cerita adalah suatu usaha untuk mengembangkan imajinasi siswa secara optimal, berkesinambungan, dan menyeluruh baik untuk mengukur kemampuan menyimak, berbicara-bercerita, maupun menulis.
2) Penilaian dilaksanakan dengan tetap mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran lain di Sekolah Dasar. Mengingat bahwa peserta didik kelas awal SD belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis.
3) Kemampuan membaca, menulis, dan bercerita merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik. Oleh karena itu, penguasaan terhadap kemampuan tersebut harus mampu mengukur kompetensi kebahasaan secara menyeluruh.
4) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator masing-masing Kompetensi Dasar dari masing-masing pokok bahasan/tema.
5) Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu peserta didik bercerita pada kegiatan awal, pada kegiatan inti, dan menyanyi pada kegiatan akhir.
C. Cara Kerja Brain Gym
Bagaimana cara kerja Brain Gym sehingga dapat membantu meningkatkan daya imajinasi?
Pada metode ini dilakukan dengan mudah oleh siapa saja dengan efek yang langsung terlihat. Sebagaimana cara kerja Brain Gym yang dikemukakan oleh Paul dan istrinya, Gail E. Dennison membagi otak ke dalam tiga fungsi :
1. Dimensi lateral : Koordinasi antara hemisfir kiri dan hemisfir kanan dari otak untuk bisa berkomunikasi dengan efektif.
2. Dimensi pemusatan : Koordinasi antara bagian atas dan bawah dari otak untuk pengaturan proses berpikir dan tindakan.
3. Dimensi fokus : Koordinasi antara batang otak dan prefrontal cortex untuk tujuan pemahaman dan perspektif.
Brain Gym membuat ketiga dimensi ini dapat menyatu dan terintegrasi secara menyeluruh. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan prestasi yang sangat signifikan.
D. Cara Membuat Gerakan Brain Gym
Gerakan ini bertujuan untuk mengaktifkan bagian dalam telinga untuk meningkatkan keseimbangan untuk mengintegrasikan kemampuan mendengar dengan kedua telinga yang biasa disebut dengan gerakan gajah (the elephant), dan juga mampu melemaskan otot leher yang kaku, yang sering terjadi akibat reaksi tubuh terhadap suara atau karena gerakan bibir yang berlebihan saat membaca dalam hati. Gerakan Brain Gym rasanya kurang menarik, bila hanya dilakukan secara terpisah akan lebih baik lagi bila dibuat dalam cerita dan melibatkan gerakan yang ada dalam Brain Gym.
Gerakan lain yang mengaktifkan otak agar mengirimkan sinyal dari hemisfir kanan ke tubuh sebelah kiri dan dari hemisfir kiri ketubuh sebelah kanan. Gerakan ini juga membuat otak menerima oksigen dalam jumlah yang meningkat dan terjadi peningkatan aliran energi elektromagnetik. Gerakan ini biasa disebut tombol otak/ Brain Button.
Cara melakukannya sebagai berikut:
1) Satu tangan menempel dipusar
2) Satu tangan lagi memijat sisi kiri dan kanan tulang tengah, tepat di dua lekukan selangka.
3) Lakukan selama 20 hingga 30 detik atau sampai rasa sakitnya berkurang.
Pada gerakan ini menghubungkan rangkaian listrik yang ada dalam tubuh untuk membuat perhatian dan energi yang tidak beraturan menjadi fokus sehingga pikiran dan tubuh menjadi rileks saat energi mengaliri daerah tubuh yang tadinya mengalami ketegangan. Gerakan ini biasa disebut gerakan kait rileks/Hook-Up.
Gerakan silang/Cross Crawl yaitu menggerakkan tangan dan kaki secara bersamaan dengan syarat kaki kiri berpasangan dengan tangan kanan dan kaki kanan berpasangan dengan tangan kiri. Pada intinya terjadi persilangan antara tubuh sebelah kiri dan tubuh sebelah kanan. Gerakan ini akan mengaktifkan hubungan antara hemisfir kiri dengan hemisfir kanan dari otak kita. Secara teknis Brain Gym dapat mengembangkan 3 dimensi otak yaitu dimensi lateritras untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak dengan bagian depan otak, dan dimensi pemusatan untuk menyeimbangkan posisi depan dan belakang (sistem limbis) dan otak besar.
E. Peningkatan Daya Imajinasi
Kebanyakan siswa menganggap keterampilan memori mengasyikkan. Mereka suka menggunakan imajinasi untuk menghasilkan asosiasi yang aneh-aneh dan mereka suka menomerkan memori mereka yang luar biasa. Adapun peningkatan keterampilan ini bisa dilakukan di kelas dari waktu ke waktu dan bisa menyarankan siswa agar menggunakannya dirumah saat belajar menghadapi ujian. Ajarkan asosiasi lebih dahulu seakan-akan menceritakan sebuah kisah, kemudian mintalah siswa untuk menebak apa yang baru mereka pelajari. Dengan demikian belajar dapat menjadi keasyikan dan membuat siswa-siswa selalu berminat. (Bobbi De Porter, 2000: 190)
Gerakan Brain Gym dirasa kurang menarik bila hanya dilakukan secara terpisah. Untuk lebih kreatif maka guru bisa membuat satu cerita atau tema yang melibatkan gerakan yang ada dalam Brain Gym.
Dalam mengoptimalkan pembelajaran kreatif imajinatif melalui lima komponen pendidikan :
1. Anak
Saat anak datang kesekolah dengan membawa potensi kreatif imajinatif yang dimiliki. Dalam pembelajaran kreatif imajinatif ini ditujukan agar dapat mengoptimalkan potensi anak yang sudah terlihat dan memunculkan potensi yang masih terpendam sehingga ia menjadi pribadi yang cerdas dan kreatif imajinatif.
Pada pembelajaran ini anak diberi kebebasan untuk bereksplorasi dan menjelajah apa yang ada didepannya.
2. Materi
Materi pembelajaran kreatif imajinatif memuat seluruh kemampuan yaitu fisik, kognisi, bahasa, sosio emosional dan seni.
3. Metode
Dalam pembelajaran kreatif imajinatif dapat menggunakan metode: Bercerita, tanya jawab, bernyanyi, dramatisasi, demonstrasi, pemberian tugas, dan eksplorasi.
Metode ini dapat dipakai dan diintegrasikan dalam satu waktu kegiatan dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang ada pada penyajian materi lebih bersifat mengembangkan kreativitas yang menjurus pada imajinasi secara natural yang dalam penyampaian materi bertujuan untuk merangsang anak berimajinasi secara alami sesuai kemampuan dan potensi disetiap anak.
4. Guru
Pada pelaksanaan pembelajaran ini dibutuhkan guru yang kreatif dan mampu merangsang belahan otak anak secara seimbang. Selama disekolah guru mempunyai peran penting terhadap emosional dan sosial anak terhadap perkembangan kepribadiannya guru dalam pembelajaran kreatif imajinatif berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam belajar dikelas.
5. Media
Merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran yaitu apabila media yang digunakan mampu merangsang berkembangnya potensi yang ada pada anak. Media juga tidak harus dibuat oleh guru sehingga guru dapat dengan penuh memperhatikan perkembangan anak didiknya.
F. Langkah-langkah Pembelajaran Kreatif Imajinatif dalam menyusun cerita.
1. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan (5-10 menit)
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran berupa kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan melalui konsentrasi yang dibimbing olerh guru. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimak, suara-suara yang dapat didengar oleh siswa (suara terjauh dan suara yang paling dekat), bercerita (bersuara lirih), kegiatan fisik/jasmani (mengerakkan anggota tubuh sesuai dengan cerita yang diimajinasikan), dan menyanyi. Dalam kaitan dengan mengarahkan pembelajaran kreatif imajinatif dalam menyusun cerita maka pada kegiatan awal ini dibentuk dengan formasi berbaring (upayakan kondisi ruangan dalam keadaan bersih), atau duduk dengan tegak bersila (seperti posisi yoga), atau juga dengan berdiri. Perlu diperhatikan untuk menjaga jarak yang longgar antara peserta satu dengan yang lain. Contoh kegiatan:
a) Guru membentuk formasi anak secara berjajar, melingkar, atau acak. Sesuaikan dengan kondisi ruangan yang ada. Upayakan tidak ada yang bersinggungan. Ajaklah siswa untuk duduk tegak bersila (seperti posisi yoga) dengan menutup mata.
b) Guru memandu pernapasan perut, siswa diajak untuk mengambil napas dalam-dalam dengan santai dan tenang. “ambillah napas dalam-dalam anak-anak....sampai penuh (badan tetap tegak, jangan membungkuk), tahanlah napas sebentar....keluarkan napas....(sampai habis). Ambil napas lagi.... tahan..... keluarkan..... Lakukan berulang-ulang sampai mencapai ketenangan.
c) Guru memandu menyimak, “Simaklah suara-suara yang paling jauh yang dapat anak-anak tangkap....suara apa itu...? terus cari anak-anak....sekarang suara yang lebih dekat lagi....cari suara apa itu....terus....sambil tetap bernapas dalam-dalam....sekarang suara yang paling dekat dari anak-anak....suara apa....ya... suara detak jantung. Rasakan dan simak detak jantung kita....”
Catatan: kegiatan ini dilaksanakan dengan ritme teratur dengan rentang waktu disesuaikan. Jaga jangan sampai ada yang mengantuk apalagi tidur, walaupun dengan menutup mata. Kegiatan ini lebih bagus diiringi musik klasik perlahan-lahan).
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan meng-create cerita bebas melalui proses imajinasi. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dengan imajinya berdasarkan tema yang telah kita arahkan. Siswa diberi kesempatan untuk menuangkan kembali cerita hasil imajinasinya kedalam bentuk lisan atau tertulis. Kegiatan ini dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. Contoh kegiatan:
a) Dengan tetap menutup mata, guru mengajak siswa pergi ke suatu tempat. Misalnya dengan memandu, “anak-anak....sekarang marilah kita berjalan ke sebuah taman nan asri....lihatlah....taman ini indah sekali....penuh bunga....kupu-kupu berterbangan....aduuh....sangat indah....udara sejuk dan....lihat....di sebelah sana ada sungai yang mengalir anak-anak, ayo kita lihat ke sana.... wah...airnya jernih....sekali, kita main-main air yuk.....lho siapa meniup seruling itu...? seruling anak-anak.... ayo kita berjalan lagi anak-anak...waahh...ada gubuk disana tuh....kesana yuk....jalan pelan-pelan saja anak-anak jangan sampai terjatuh....kita sambil menyanyi ya.....”
Catatan: teruslah mengimajinasikan keadaan keindahan dan kesenangan yang mampu membangkitkan keinginan anak-anak agar mendorong keinginan bercerita. Sesuaikan dengan tema-tema sesuai dengan tema yang dipilih. Waktu ± 10 – 15 menit.
b) Teruskan dengan memandu siswa bercerita, “anak-anak...apa yang dapat anak-anak ceritakan tentang keindahan alam yang baru saja kita jelajahi bersama ini...ungkapkan anak-anak...sambil gerakkan tangan, kaki, dan badan. Boleh sambil berdiri pelan-pelan....ceritakan dengan suara lirih....”(ingat mata tetap terpejam).
(Pada tahapan ini putarlah musik pengiring—upayakan musik klasik—sehingga suasana dapat lebih ceria dan menyenangkan)
“terus ceritakan anak-anak....pergilah kemana anak-anak suka...di pinggir danau, sungai, di bawah rindangnya pohon....”
Bantulah siswa mengemukakan cerita, kalau ada siswa yang tetap diam, dekatilah dan ajaklah berdialog, bantulah dengan pancingan-pancingan pertanyaan, sampai ia mampu mengungkapkan sesuatu. Waktu ± 20 menit
3. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari hasil imajinasinya, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik. Kegiatan akhir ini harus selalu dijaga agar tetap menyenangkan dan berkesan secara mendalam. Kegiatan lebih menedepankan sesuatu yang lebih bersifat permainan, tetapi bermanfaat. Bermain dapat mendorong imajinasi anak, menambah daya ingat dan kesempatan menalar. Inilah sebabnya bermain dapat menjadikan anak mempunyai kesiapan mental dan dapat membantu mempunyai penyesuaian diri yang baik dalam kehidupannya. Contoh kegiatan lanjutannya adalah:
a) “Nah...anak-anak....marilah kita bersama-sama bernyanyi (mata masih terpejam) gilang rama-rama ya...ayo bernyanyi bersama...
Gilang sipatu gilang, tinggi rumput sirama-rama, pulang marilah pulang, marilah pulang bersama-sama.....
“Sekarang buka mata pelas-pelan.........tepuk tangan anak-anak..........
b). “Nah anak-anak baru saja kita menjalajahi....apa anak-anak....? ya...betul sebuah taman nan indah....hayo siapa yang tadi ke sungai....(biarkan siswa merespon).......Oh ada yang berteduh di bawah pohon....? (biarkan siswa merespon)....ya bagus, sekarang marilah kita saling menceritakan pengalaman masing-masing anak-anak, anak-anak menulis pengalaman di secarik kertas ya...Bapak/Ibu guru ingin melihat pengalaman anak-anak...
(siswa diberi waktu ± 10 menit untuk menuliskan cerita)
Catatan: jangan dibatasi dengan berbaai ketentuan yang dapat menekan siswa. Misalnya jumlah halaman, jumlah kata, atau hal-hal lain yang justru akan membuat siswa takut. Biarlah siswa berkreasi dengan imajinya masing-masing. Penilaian bukan semata pada hasilnya saja tetapi lebih pada kemauan anak memasuki dunia amajinya yang luas tanpa batas.
G. Penutup
1. Simpulan
Tujuan meningkatkan daya imajinasi siswa akan tercapai jika guru mampu menyusun langkah-langkah pembelajaran yang sesuai. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode Brain Gym dalam bentuk cerita melalui pengembangan imajinasi lebih cenderung mengajak siswa bercerita secara bebas dan melibatkan gerakan tubuh. Karena dapat menarik minat siswa dan bertujuan untuk mengaktifkan dua bagian otak dalam waktu bersamaan. Selain itu meningkatkan keseimbangan dan kesetimbangan. Selain itu gerakan ini juga untuk mengintegrasikan kemampuan menyimak dengan kedua telinga. Setiap langkah kegiatan, khususnya pada kegiatan inti, hendaknya disertai dengan gerakan tubuh yang dapat dilakukan dengan mudah oleh siswa dengan efek yang langsung terlihat dan dapat dirasakan oleh siswa, sehingga peningkatan daya imajinasi siswa bisa tercapai dengan optimal.
2. Saran
Penggunaan metode Brain Gym dalam bentuk cerita lebih baik dengan mengombinasikan dengan gerakan tubuh yang mampu melemaskan otot leher, bahu, tangan, dan badan. Iringi dengan musik yang mendukung, misalnya musik klasik.
Brain Gym memerlukan piranti pendukung misalnya, ruang yang cukup luas, suasana yang tenang dan santai, dan juga guru yang memiliki keterampilan yang memadai. Oleh sebab itu pelaksanaannya jangan sampai dipaksakan.
DAFTAR PUSTAKA
Cohen, David. 2007. Olahraga Otak. Jakarta: Jabal.
Dennison, Paul E dan Gail E. Dennison. 2002. Brain Gym. Jakarta: Gramedia.
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004. Standart Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.
Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy. Petunjuk praktis untuk menerapkan Accelerated Learning. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Depdikbud.
Prayitno, Elida. 1991. Psikology Perkembangan. Jakarta: Depdikbud.
Syamsi, Katam, dkk. 2004.Aku Mampu Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar kelas II. Jakarta: SIC.
Zaini, Hisyam, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih. 1996. Pendidikan dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta : Depdikbud.Source URL: https://pokbongkoh.blogspot.com/2010/02/penerapan-brain-gym-dalam-pembelajaran.html
Visit Godo Bolet for Daily Updated Hairstyles Collection
0 comments:
Post a Comment