Urgensi Keseimbangan Otak Kiri dan Kanan
Masyarakat sering kali menilai IQ (intelligence quotient) disamakan dengan intelegensi atau kecakapan. Padahal, IQ hanya mengukur sebagian kecil dari kecakapan.
”Justru anak yang cerdas itu adalah anak yang bisa bereaksi secara logis dan berguna terhadap apa yang dialami di lingkungannya,” jelas Eileen Rachman, psikolog yang juga Direktur Experd, konsultan sumber daya manusia pada seminar 10 Cara Mempertajam IQ dan EQ (emotional quotient) Anak, Sabtu (27/8) di Jakarta. Pada seminar yang sama juga diluncurkan buku berjudul Mengoptimalkan Kecerdasan Anak.
Eileen menjelaskan, IQ merupakan angka yang dipakai untuk menggambarkan kapasitas berpikir seseorang dibandingkan dengan rata-rata orang lain. Pada umumnya IQ rata-rata orang diberi angka 100.
“IQ hanya digunakan antara lain membayangkan ruang, melihat lingkungan sekeliling secara runtut dan mencari hubungan antara satu bentuk dan bentuk lainnya. Tetapi IQ tidak mengukur kreativitas, kemampuan sosial, dan kearifannya,” katanya.
Sementara itu, kecerdasan anak dilihat dari pemahaman dan kesadaran terhadap apa yang dialaminya. Kemudian di dalam pikirannya, pengalaman itu diubah menjadi kata-kata atau angka. Karena itu, Eileen menekankan pentingnya pemahaman. ”Karena pemahaman adalah kombinasi antara upaya memperbanyak masukan melalui pancaindra dan pengetahuan yang sudah dimiliki,” jelas Eileen.
Bagaimana mengoptimalkan kecerdasan anak? Eileen menyarankan agar para orang tua meningkatkan cara belajar, membaca, dan mengulang. Misalnya, untuk memperkenalkan cara membaca, ibu membantu anak dengan memberi garis di bawah kata-kata yang penting, meminta anak membaca dengan suara keras dan menjelaskan makna bacaannya.
Selain itu, orang tua juga mengenalkan strategi, mengambil keputusan yang rasional, mencetuskan ide selancar mungkin, midmapping, meningkatkan perbendaharaan kata-kata, berpikir sambil membayangkan, humor, berpikir kritis, dan bermain. Tujuannya menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, karena struktur otak belahan kiri dan kanan mempunyai tugas yang berbeda.
Kenapa perlu menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan? Eileen mengatakan agar anak bisa membaca lancar dengan pemahaman penuh, menulis secara kreatif, mengeja, mengingat, mendengar, berpikir sekaligus pada saat yang sama atau menjadi juara pada cabang olahraga tertentu. Semua itu dibutuhkan koordinasi otak kiri dan kanan dengan baik serta terlatih.
Tetapi menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan bisa pula melalui kebiasaan. Eileen menjelaskan, misalnya dengan menikmati musik dan kesenian, menikmati warna, ruang dan bentuk, menghargai kreativitas dan menghargai kepekaan perasaan.
Sementara itu, dr Andre Meaza mengatakan bahwa masa usia dini merupakan periode emas untuk melakukan proses stimulasi aktif melalui proses pengindraan dengan tujuan membentuk wiring system. ”Tahapan awal kehidupan anak merupakan tahapan penting karena anak sudah mampu menerima keterampilan dan pengajaran sebagai dasar pengetahuan dan proses berpikir.”
Andre juga menjelaskan, separuh perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum memasuki usia 4 tahun. Justru perkembangan kognitif usia 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan dari anak lahir.
Menurut Andre, anak berusia 0-4 tahun memiliki perkembangan kognitif sebesar 50%, 4-8 tahun sebesar 30% dan 9-17 tahun sebesar 20%. ”Memang perkembangan otak sebelum usia 1 tahun lebih cepat, tetapi kematangan otak berlangsung sesudah anak lahir,” katanya.
Dia mengingatkan bahwa pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak akan berdampak lama. Oleh karena itu, anak yang mendapat stimulasi lingkungan yang baik, fungsi otaknya akan berkembang lebih baik.
Source URL: https://pokbongkoh.blogspot.com/2010/12/urgensi-keseimbangan-otak-kiri-dan.html”Justru anak yang cerdas itu adalah anak yang bisa bereaksi secara logis dan berguna terhadap apa yang dialami di lingkungannya,” jelas Eileen Rachman, psikolog yang juga Direktur Experd, konsultan sumber daya manusia pada seminar 10 Cara Mempertajam IQ dan EQ (emotional quotient) Anak, Sabtu (27/8) di Jakarta. Pada seminar yang sama juga diluncurkan buku berjudul Mengoptimalkan Kecerdasan Anak.
Eileen menjelaskan, IQ merupakan angka yang dipakai untuk menggambarkan kapasitas berpikir seseorang dibandingkan dengan rata-rata orang lain. Pada umumnya IQ rata-rata orang diberi angka 100.
“IQ hanya digunakan antara lain membayangkan ruang, melihat lingkungan sekeliling secara runtut dan mencari hubungan antara satu bentuk dan bentuk lainnya. Tetapi IQ tidak mengukur kreativitas, kemampuan sosial, dan kearifannya,” katanya.
Sementara itu, kecerdasan anak dilihat dari pemahaman dan kesadaran terhadap apa yang dialaminya. Kemudian di dalam pikirannya, pengalaman itu diubah menjadi kata-kata atau angka. Karena itu, Eileen menekankan pentingnya pemahaman. ”Karena pemahaman adalah kombinasi antara upaya memperbanyak masukan melalui pancaindra dan pengetahuan yang sudah dimiliki,” jelas Eileen.
Bagaimana mengoptimalkan kecerdasan anak? Eileen menyarankan agar para orang tua meningkatkan cara belajar, membaca, dan mengulang. Misalnya, untuk memperkenalkan cara membaca, ibu membantu anak dengan memberi garis di bawah kata-kata yang penting, meminta anak membaca dengan suara keras dan menjelaskan makna bacaannya.
Selain itu, orang tua juga mengenalkan strategi, mengambil keputusan yang rasional, mencetuskan ide selancar mungkin, midmapping, meningkatkan perbendaharaan kata-kata, berpikir sambil membayangkan, humor, berpikir kritis, dan bermain. Tujuannya menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, karena struktur otak belahan kiri dan kanan mempunyai tugas yang berbeda.
Kenapa perlu menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan? Eileen mengatakan agar anak bisa membaca lancar dengan pemahaman penuh, menulis secara kreatif, mengeja, mengingat, mendengar, berpikir sekaligus pada saat yang sama atau menjadi juara pada cabang olahraga tertentu. Semua itu dibutuhkan koordinasi otak kiri dan kanan dengan baik serta terlatih.
Tetapi menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan bisa pula melalui kebiasaan. Eileen menjelaskan, misalnya dengan menikmati musik dan kesenian, menikmati warna, ruang dan bentuk, menghargai kreativitas dan menghargai kepekaan perasaan.
Sementara itu, dr Andre Meaza mengatakan bahwa masa usia dini merupakan periode emas untuk melakukan proses stimulasi aktif melalui proses pengindraan dengan tujuan membentuk wiring system. ”Tahapan awal kehidupan anak merupakan tahapan penting karena anak sudah mampu menerima keterampilan dan pengajaran sebagai dasar pengetahuan dan proses berpikir.”
Andre juga menjelaskan, separuh perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum memasuki usia 4 tahun. Justru perkembangan kognitif usia 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan dari anak lahir.
Menurut Andre, anak berusia 0-4 tahun memiliki perkembangan kognitif sebesar 50%, 4-8 tahun sebesar 30% dan 9-17 tahun sebesar 20%. ”Memang perkembangan otak sebelum usia 1 tahun lebih cepat, tetapi kematangan otak berlangsung sesudah anak lahir,” katanya.
Dia mengingatkan bahwa pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak akan berdampak lama. Oleh karena itu, anak yang mendapat stimulasi lingkungan yang baik, fungsi otaknya akan berkembang lebih baik.
sumber:http://episentrum.com/artikel-psikologi/perlu-keseimbangan-otak-kiri-dan-kanan/#more-72
Visit Godo Bolet for Daily Updated Hairstyles Collection
0 comments:
Post a Comment