FREE DOWNLOAD PICTURE
MORE INFO ABOUT WALLPAPER
Tuesday, December 29, 2009

PERBANDINGAN LOGIKA DAN METAFISIKA

    logika vs metafisika

    Logika

    Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.

    Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.

    Logika sebagai ilmu pengetahuan

    Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.

    Logika sebagai cabang filsafat

    Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.

    Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.

    Penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari menuntut logika yang dilandasi dengan asas berpikir sistematis. Dalam mengkaji suatu bentuk permasalahan yang nanti akan di contohkan diperlukan cara berpikir yang logis, realistis, serta variable kualitatif-kuantitatif atau dalam hal ini “kasat mata” dapat divisualisasikan oleh indra dan dianalogikan secara abstrak dalam otak kita.

    Cara berpikir secara sistematis atau dengan ber-logika, seringkali berseberangan dengan pola pikir dari sudut metafisika. Suatu cara pandang terhadap masalah dengan mengedepankan aspek-aspek “gaib”, “tak kasat mata” yang jauh dari sistem analogi ilmiah untuk memandang suatu permasalahan.

    Pengertian Metafisika secara umum

    Metafisika (Bahasa Yunani: μετά (meta) = "setelah atau di balik", φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam") adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?

    Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.

    Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". "Toko buku metafisika", sebagai contoh, bukanlah menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib, pengobatan alternatif, dan hal-hal sejenisnya.

    Contoh penelaahan kasus lewat perspektif Metafisika :

    Lewat kajian metafisika suatu media massa, pada tanggal 15 Agustus 2006 semburan Lumpur Lapindo akan berhenti atau membesar. Demikian kajian Teropong Metafisika Jatim Info, seputar bencana Lapindo. Disamping itu, Teropong Metafisika Jatim Info juga melihat saat ini ada yang telah menempuh penanggulanngan melalui pendekatan supranatural, bahkan dimunculkan oleh berbagai pihak. Person yang dilibatkan relatif banyak, lebih dari 40 paranormal.

    Persoalannya, hingga saat ini negosiasi dengan alam masih kelewat alot. Masing-masing bersikukuh atas keinginannya, dengan muatan beragam kepentingan dibelakangnya.
    Sekarang penguasa wilayah atau penjaga situs di kawasan Lapindo semakin marah, dan beringas karena semakin terganggu. Berbagai kejadian terkait semburan lumpur pun diperkirakan semakin banyak.

    Untuk segera mengakhiri "bencana" ini, maka dalam bernegosiasi dengan alam hendaknya berpijak pada demi kepentingan luas, bukan demi pihak-pihak tertentu. Keputusan kompromi harus segera diwujudkan. Apalagi, Teropong Metafisika melihat batas akhir negosiasi, dikabarkan pada bulan Puasa. Diperkirakan bila tidak terjadi kesepakatan dalam negosiasi, diprediksikan akan banyak korban.

    Dalam kaitan ini, warga Sidoarjo harap ekstra hati-hati. Evakuasi itu sendiri sebaiknya tidak terbatas pada lima desa antara lain Kelurahan Jatirejo, Desa Renokenongo, Kelurahan Siring di Kecamatan Porong, Desa Kedungbendo di Kecamatan Tanggulangin dan Desa Besuki di Kecamatan Jabon.

    Evakuasi ini sebaiknya juga tidak dibatasi radius. Hal ini mengingat kasus Lapindo erat kaitannya dengan peristiwa alam yang cenderung bergerak liar dan sulit diprediksi. Apalagi ketika banyak pihak memanfaatkan kesempatan, aji mumpung, untuk mencari keuntungan, kemurkaan ini sulit diharapkan untuk segera berakhir.

    Dalam contoh permasalahan diatas, terdapat beberapa aspek yang tidak sesuai dengan jalur berpikir logis, diantaranya :

    • Pendekatan supranatural

    Pendekatan supranatural merupakan suatu pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan secara gaib, atau melanggar batas-batas logika manusia karena sifat pendekatan tersebut yang “tak kasat mata”, sehingga menyebabkan pendekatan ini tidak dapat divisualisasikan lewat indra serta proses abstraksi logika lewat otak tidak berjalan.

    • Penguasa wilayah atau penjaga situs

    Penguasa wilayah atau penjaga situs, seringkali diibaratkan sebagai “sesosok mahluk yang bertugas untuk menjaga suatu wilayah tertentu”. Sekali lagi, Penguasa wilayah atau penjaga situs merupakan sebuah konsep dari paradigma metafisika yang “tak kasat mata”.

    Konsep-konsep yang ditawarkan dalam paradigma metafisika cenderung berbau gaib dan jauh dari alur logika manusia untuk berpikir dalam memecahkan suatu masalah. Sedangkan sebagai manusia dan individu yang terus menghadapi kemajuan zaman dan teknologi, dalam memandang permasalahan di perlukan logika dalam mengambil keputusan.

    Kegunaan logika

    1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.

    2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.

    3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.

    4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis

    5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.

    6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

    Di dalam proses penemuan sains tersebut kita mengenal yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai “standar” ke Ilmuan. Sains yang terus berkembang bisa dikatakan merupakan impac dari adanya revolusi industri yang terjadi di Eropa. Revolusi industri membawa perubahan besar dalam berbagai aspek. Corak-corak metodologis yang dikembangkan menyebabkan ilmu pengetahuan bersifat posivistik, deterministik, evolusionistik, sehingga segala sesuatu harus dijelaskan dengan metode kuantitatif dan eksperimental melalui observer.

    Metode ilmiah adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam kegiatan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah atau ilmu. Langkah-langkahnya: 1) penetapan atau perumusan masalah, 2) penyusunan kerangka berpikir, 3) perumusan hipotesis, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan.

    Metode ilmiah dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi dan bukan mencocokkan objek studi dengan metode. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran itu bersumber pada rasio atau pada fakta. Paham rasionalisme menyatakan bahwa rasio adalah sumber kebenaran, sedangkan empirisme berpendapat bahwa fakta yang tertangkap melalui pengalaman merupakan sumber kebenaran. Tidak semua data dapat dikuantitatifkan dan dianalisis secara statistik. Misalnya, dalam penelitian deskriptif, eksploratif, studi kasus, menggunakan wawancara atau angket dan tidak harus menggunakan statistik. Metode penelitian seperti ini juga merupakan metode yang ilmiah.

    Dalam perkembangannya, metode ilmiah juga dimiliki oleh penelitian-penelitian sosial atau non IPA lainnya, meskipun langkah-langkahnya berbeda-beda. Hipotesis yang berupa pernyataan rasional perlu didukung oleh fakta-fakta empiris. Untuk itu fakta-fakta yang relevan harus dikumpulkan untuk menilai apakah hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta atau tidak. Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan melalui penelitian yang menggunakan eksperimen atau tanpa eksperimen untuk mengetahui apakah data empiris tadi mendukung atau tidak mendukung hipotesis itu.

    Source URL: http://pokbongkoh.blogspot.com/2009/12/logika-vs-metafisika-logika-logika.html
    Visit Godo Bolet for Daily Updated Hairstyles Collection

0 comments:

Post a Comment