FREE DOWNLOAD PICTURE
MORE INFO ABOUT WALLPAPER
Friday, December 4, 2009

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENDENGARKAN

    PENINGKATAN KETERAMPILAN MENDENGARKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MDR BAGI SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2005/2006

    Oleh : Riyadi
    Guru SMP Negeri 15 Purworejo

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori

    1. Hakikat Menyimak

    Menyimak ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya (Sabarti Akhadiah, 1992). Dalam keterampilan menyimak, kemampuan menangkap dan memahami makna pesan baik yang tersurat maupun yang tersirat yang terkandung dalam bunyi, unsur kemampuan mengingat pesan, juga merupakan persyaratan yang harus dipenuhi. Dengan demikian menyimak dapat dibatasi sebagai suatu proses mendengarkan, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan (Anderson dalam H.G. Tarigan, 1987).

    Menurut Tarigan (1993:19) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi, untuk memperoleh informasi menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sebagai aspek keterampilan berbahasa, mendengarkan merupakan suatu kegiatan yang diperlukan dalam berkomunikasi antaranggota masyarakat. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan pembicara dapat dipahami dengan baik oleh pendengar sesuai dengan maksud pembicara tersebut. Dengan demikian mendengarkan merupakan suatu keterampilan berbahasa yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari baik di lingkungan formal maupun informal.

    2. Pembelajaran Menyimak di SMP

    Salah satu standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP mengarahkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa dan sastra Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Standar kompetensi ini dimaksudkan agar siswa siap mengakses situasi multiglobal dan local yang berorientasi pada keterbukaan dan kemasadepanan (Depdiknas, 2003:2).
    Adapun standar kompetensi dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP adalah :
    (1) mampu mendengarkan dan memahami beragam wacana lisan;
    (2) mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan;
    (3) mampu membaca dan memahami suatu teks bacaan sastra dan nonsastra dengan kecepatan yang memadai;
    (4) mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan; dan
    (5) mampu mengapresiasi berbagai ragam sastra
    Dilihat dari aspek standar kompetensi, mendengarkan/menyimak merupakan aspek kemampuan pertama yang harus dimiliki siswa SMP (Depdiknas, 2003:4).

    3. Keterampilan Menyimak / Mendengarkan
    Kompetensi dasar pada standar kompetensi kelas aspek menyimak / mendengarkan yang diharapkan dimiliki siswa SMP meliputi hal-hal :
    (1) Kelas VII
    - Kemampuan Berbahasa : Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui menanggapi isi berita dan menyampaikan isi wawancara.
    - Kemampuan Bersastra : Mampu mendengarkan dan memahami serta menanggapi berbagai ragam wacana lisan nonsastra : mendengarkan dan merefleksi pembacaan puisi dan memahami dongeng yang diperdengarkan.
    (2) Kelas VIII
    - Kemampuan Berbahasa : Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan : mengungkapkan kembali isi berita dari radio/televisi, dan menangggapi pembacaan laporan perjalanan.
    - Kemampuan Bersastra : Mampu mendengarkan dan memahami serta menanggapi berbagai ragam wacana lisan sastra melalui mendengarkan pembacaan kutipan novel terjemahan.
    (3) Kelas IX
    - Kemampuan Berbahasa : Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan pidato/khotbah/ceramah dan mendengarkan dialog beberapa nara sumber dalam dialog interaktif di televisi/radio.
    - Kemampuan Bersastra : Mampu mendengarkan dan memahami serta menanggapi berbagai ragam wacana lisan sastra: mendengarkan pembacaan kutipan novel tahun 20 – 30 – an.

    Berdasarkan uraian kompetensi dasar pembelajaran keterampilan menyimak di SMP tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa siswa SMP kelas VIII dapat ditingkatkan keterampilan menyimaknya melalui proses pembelajaran.

    4. Model Pembelajaran Menyimak

    Proses komunikasi berlangsung melalui tiga media, yaitu:
    a. nonverbal (visual);
    b. lisan (oral); dan
    c. tulis (written).

    Komunikasi lisan dan tulis sangat erat hubungannya, karena isi dan kegunaannya yang saling berkaitan. Dalam bahasa terdapat sejumlah satuan yang sekaligus membutuhkan kedua-duanya, dan situasi-situasi lainnya yang embutuhkan dua bahkan tiga media yang telah diutarakan di muka. (Woolcatt dan Unuru dalam Tarigan, 1993: 19).

    Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP sudah sering diajarkan menyimak cerita, menyimak berita, menyimak pengumuman, menyimak laporan, dan sebagainya, tetapi tidak semua siswa mampu menyimak dengan baik.
    Djago Tarigan (1980:50:51) mengemukakan beberapa alasan yang menyebabkan pengajaran menyimak dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia belum terlaksana dengan sempurna antara lain:
    a. pelajaran menyimak relatif baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah;
    b. teori, prinsip dan generalisasi mengenai menyimak belum banyak diungkapkan;
    c. pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak itu masih minim;
    d. buku teks, buku pegangan guru dalam pengajaran menyimak sangat langka;
    e. guru-guru Bahasa dan Sastra Indonesia kurang berpengalaman dalam melaksanakan pengajaran menyimak;
    f. bahan pengajaran menyimak sangat kurang;
    g. guru-guru Bahasa dan sastra Indonesia belum terampil menyusun bahan pengajaran menyimak; dan
    h. jumlah murid per kelas terlalu besar.

    Menurut Djago Tarigan (1980:50:51) model pembelajaran menyimak yang dapat diterapkan untuk siswa SMP antara lain sebagai berikut.
    (1) Menyimak Dengar – Ucap (MDU)
    (2) Menyimak Dengar – Tanya (MDTa)
    (3) Menyimak Dengar – Cerita (MDC)
    (4) Menyimak Dengar – Suruh (MDS)
    (5) Menyimak Dengar – Teriak (MDTe)
    (6) Menyimak Dengar – Bisik Berantai (MDBB)
    (7) Menyimak Dengar – Rangkum (MDR)
    (8) Menyimak Dengar – Lakukan (MDL)
    (9) Menyimak Dengar – Simpati (MDSi)
    (10) Menyimak Dengar – Kata Simon (MDKS)

    4. Model Pembelajaran MDR (Menyimak Dengar – Rangkum)
    Yang dimaksud dengan model pembelajaran MDR adalah siswa menyimpulkan isi bahan simakan secara singkat. Siswa mencari intisari dari bahan yang dilisankan yang berupa paragraf-paragraf, cerita-cerita pendek, dan wacana-wacana singkat. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menyimak secara kritis, yaitu jenis menyimak intensif dengan maksud dan tujuan untuk mencapai tingkatan fakta-fakta yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan (Anderson dalam H.G. Tarigan, 1984:22).

    Menurut Anderson dalam H.G. Tarigan yang termasuk dalam menyimak kritis antara lain sebagai berikut:
    1. memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimat yang lainnya;
    2. menyimak untuk menentukan alasan “mengapa”;
    3. menyimak untuk membedakan antara fakta dan fantasi;
    4. menyimak untuk menarik kesimpulan-kesimpulan;
    5. menyimak untuk membuat keputusan-keputusan;
    6. menyimak secara objektif dan penuh penilaian untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau hadirnya prasangka dan ketidakadilan-ketidakadilan.

    B. Kerangka Berpikir

    Kerangka teoritik di atas mengasumsikan bahwa model pembelajaran MDR merupakan alternatif yang dapat diterapkan untuk mencari solusi kegagalan pembelajaran aspek mendengarkan dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta menumbuhkan iklim belajar pada siswa, karena pada tingkatan simak dengar – rangkum siswa tidak akan loyo dan malas. Dalam penelitian ini Model Pembelajaran MDR (Teori Anderson) diduga dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo. Dugaan peneliti proses pembelajaran di kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo akan menjadi menarik karena terdapat variasi penyampaian pembelajaran oleh guru, yaitu dengan model pembelajaran MDR.

    Peneliti menduga sebagai berikut.
    1. Keterampilan mendengarkan siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo tahun pelajaran 2005/2006 diduga dapat meningkat sekurang-kurangnya mencapai batas tuntas nilai 65%.
    2. Peningkatan keterampilan mendengarkan tersebut, diduga dapat tercapai dengan diterapkannya model pembelajaran MDR.
    3. Penerapan model pembelajaran MDR diduga dapat dilakukan secara berjenjang dalam putaran-putaran (siklus).

    Penerapan model pembelajaran MDR dalam siklus penelitian sebagai berikut.
    siklus

    Keterangan:
    1. Jika rata-rata nilai hasil rangkuman pada siklus I kurang dari 60 peneliti merencanakan tindakan pada siklus II.
    2. Jika rata-rata nilai hasil rangkuman pada siklus II kurang dari 62,5 peneliti merencanakan tindakan pada siklus III.
    3. Pada siklus III diharapkan 75% siswa kelas VIII-C nilai hasil rangkumannya 65,0 atau lebih.

    D. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kerangka teoretik dan kerangka berpikir di atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
    Melalui Model Pembelajaran MDR dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo tahun pelajaran 2005/2006.

    Source URL: http://pokbongkoh.blogspot.com/2009/12/peningkatan-keterampilan-mendengarkan_3904.html
    Visit Godo Bolet for Daily Updated Hairstyles Collection

0 comments:

Post a Comment